Infeksi cacing hati pada sapi umumnya disebabkan oleh
Fasciola gigantica. Cacing ini dapat pula menginfeksi domba, kambing, dan
ruminansia yang lain. Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh F. hepatica.
Kedua jenis parasit ini berada dalam saluran empedu atau usus yang menyebabkan
kerusakan hati. Kerbau yang memiliki kebiasaan berendam dalam kubangan
berpeluang besar untuk terinfeksi cacing ini.
Cacing muda bisa mematikan karena mengakibatkan
kegagalan fungsi hati. Pada daerah-daerah tertentu fasciolosis merupakan faktor
pendorong terjadinya infeksi hepatitis nekrotik (black disease) yaitu suatu
penyakit akut yang disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bentuk
vegetatif Clostridium novyi tipe B karena kuman ini dapat memperbanyak diri
dalam lesi anoksik yang ditimbulkan oleh cacing-cacing yang bermigrasi. Pada saat akhir migrasi cacing-cacing ini akan memasuki
saluran empedu.
Penyebab
Penyebab fasciolosis ini adalah F. gigantica dan cacing
F. hepatica. Bagian punggung dan bawah tubuh cacing hati atau cacing daun ini
berbentuk gepeng, tidak beruas, berwarna kelabu berbentuk seperti daun yang
membulat di bagian depan dan ekor. Panjang F. gigantica dapat mencapai 7,5 cm.
Sedangkan F. hepatica sepanjang 3 cm. Fasciola mempunyai sebuah penghisap di
bagian depan dan sebuah lagi di bawah tubuhnya.
F. gigantica juga berbeda dengan F. hepatica karena F.
gigantica memiliki konus atau kerucut anterior yang lebih pendek, bahu
(shoulder) yang kurang jelas, percabangan saekanya lebih banyak, dan saeka
hampir mencapai sisi paralel tubuh.
Daur hidup
Daur hidup cacing Fasciola terjadi pada induk
semangnya. Cacing bertelur dalam saluran empedu dan dibawa oleh cairan empedu
masuk ke dalam usus yang kemudian keluar bersama tinja. Bila cuacanya cocok
maka telur akan menetas dan menghasilkan larva stadium pertama atau mirasidium
dalam waktu 9 hari.
Mirasidium kemudian berenang di air dengan menggunakan
silia yang menutupi tubuhnya. Bila bertemu dengan siput genus Limnaea,
mirasidium menembus jaringan siput dan membentuk sporosis. Pada stadium lebih
lanjut, setiap sporosis akan terbentuk 5 sampai 8 redia yang selanjutnya
membentuk serkaria dan kemudian diikuti oleh stadium akhir metaserkaria yang
infektif.
Sapi terinfeksi penyakit ini karena memakan rumput yang
mengandung metaserkaria. Setelah metaserkaria termakan oleh sapi akan menembus
dinding usus dan tinggal di dalam hati yang akan berkembang selama 5 atau 6
minggu. Dalam setiap akhir dari larva cacing akan memasuki saluran empedu untuk
menjadi cacing dewasa.
Gejala klinis
Sapi yang terinfeksi cacing akan menunjukkan gejala
gangguan pencernaan. Infeksi yang ringan tidak menunjukkan gejala. Apabila
terjadi infeksi yang banyak oleh cacing hati, maka gejalanya dapat sangat akut
dan cepat menyebabkan kematian. Gejala yang sering terjadi adalah sapi menjadi
lemah dan depresi, bagian perut membesar dan terasa sakit.
Bila keadaannya telah kritis sapi menjadi kurus dan
lemah. Selaput lender mata menjadi pucat, terjadi busung terutama diantara
sudut dagu dan bawah perut. Sapi semakin lemah dan kemudian terjadi kematian
dalam waktu 1 sampai 3 bulan.
Pengobatan dan pengendalian
Pengobatan cacing dapat menggunakan heksakloretan dengan
cara diminumkan atau menggunakan mebendasol 100 ml/50 kg berat badan.
Anthelmintik fasciolisidal seperti oxyclozanide,
rafoxanide, albendazole, dan triclabendazole dapat digunakan untuk mengatasi
cacing dewasa.
Untuk pengendalian cacing dapt dilakukan secara efektif
dengan cara memberantas populasi siput sebagai induk semang antara dengan bahan
kimia, dengan predator atau melakukan rotasi padang gembalaan.
Mengeringkan (drainase) merupakan pemecahan yang paling
baik, khususnya apabila Lymnae trucantula terlibat di dalamnya, akan tetapi
cara ini dianggap terlalu mahal. Pengendalian biologi terhadap Lymnea oleh
spesies ikan tertentu, itik atau siput Marisa cornuarietis secara percobaan
memang menjanjikan namun tak satupun berhasil diterapkan di lapangan secara
luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar