Rabu, 23 Mei 2018

Fasciolosis pada Sapi



Infeksi cacing hati pada sapi umumnya disebabkan oleh Fasciola gigantica. Cacing ini dapat pula menginfeksi domba, kambing, dan ruminansia yang lain. Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh F. hepatica. Kedua jenis parasit ini berada dalam saluran empedu atau usus yang menyebabkan kerusakan hati. Kerbau yang memiliki kebiasaan berendam dalam kubangan berpeluang besar untuk terinfeksi cacing ini.

Cacing muda bisa mematikan karena mengakibatkan kegagalan fungsi hati. Pada daerah-daerah tertentu fasciolosis merupakan faktor pendorong terjadinya infeksi hepatitis nekrotik (black disease) yaitu suatu penyakit akut yang disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bentuk vegetatif Clostridium novyi tipe B karena kuman ini dapat memperbanyak diri dalam lesi anoksik yang ditimbulkan oleh cacing-cacing yang bermigrasi. Pada saat akhir migrasi cacing-cacing ini akan memasuki saluran empedu.

Penyebab
Penyebab fasciolosis ini adalah F. gigantica dan cacing F. hepatica. Bagian punggung dan bawah tubuh cacing hati atau cacing daun ini berbentuk gepeng, tidak beruas, berwarna kelabu berbentuk seperti daun yang membulat di bagian depan dan ekor. Panjang F. gigantica dapat mencapai 7,5 cm. Sedangkan F. hepatica sepanjang 3 cm. Fasciola mempunyai sebuah penghisap di bagian depan dan sebuah lagi di bawah tubuhnya. 

F. gigantica juga berbeda dengan F. hepatica karena F. gigantica memiliki konus atau kerucut anterior yang lebih pendek, bahu (shoulder) yang kurang jelas, percabangan saekanya lebih banyak, dan saeka hampir mencapai sisi paralel tubuh.

Daur hidup
Daur hidup cacing Fasciola terjadi pada induk semangnya. Cacing bertelur dalam saluran empedu dan dibawa oleh cairan empedu masuk ke dalam usus yang kemudian keluar bersama tinja. Bila cuacanya cocok maka telur akan menetas dan menghasilkan larva stadium pertama atau mirasidium dalam waktu 9 hari.

Mirasidium kemudian berenang di air dengan menggunakan silia yang menutupi tubuhnya. Bila bertemu dengan siput genus Limnaea, mirasidium menembus jaringan siput dan membentuk sporosis. Pada stadium lebih lanjut, setiap sporosis akan terbentuk 5 sampai 8 redia yang selanjutnya membentuk serkaria dan kemudian diikuti oleh stadium akhir metaserkaria yang infektif.

Sapi terinfeksi penyakit ini karena memakan rumput yang mengandung metaserkaria. Setelah metaserkaria termakan oleh sapi akan menembus dinding usus dan tinggal di dalam hati yang akan berkembang selama 5 atau 6 minggu. Dalam setiap akhir dari larva cacing akan memasuki saluran empedu untuk menjadi cacing dewasa.

Gejala klinis
Sapi yang terinfeksi cacing akan menunjukkan gejala gangguan pencernaan. Infeksi yang ringan tidak menunjukkan gejala. Apabila terjadi infeksi yang banyak oleh cacing hati, maka gejalanya dapat sangat akut dan cepat menyebabkan kematian. Gejala yang sering terjadi adalah sapi menjadi lemah dan depresi, bagian perut membesar dan terasa sakit.

Bila keadaannya telah kritis sapi menjadi kurus dan lemah. Selaput lender mata menjadi pucat, terjadi busung terutama diantara sudut dagu dan bawah perut. Sapi semakin lemah dan kemudian terjadi kematian dalam waktu 1 sampai 3 bulan.

Pengobatan dan pengendalian
Pengobatan cacing dapat menggunakan heksakloretan dengan cara diminumkan atau menggunakan mebendasol 100 ml/50 kg berat badan.

Anthelmintik fasciolisidal seperti oxyclozanide, rafoxanide, albendazole, dan triclabendazole dapat digunakan untuk mengatasi cacing dewasa.
Untuk pengendalian cacing dapt dilakukan secara efektif dengan cara memberantas populasi siput sebagai induk semang antara dengan bahan kimia, dengan predator atau melakukan rotasi padang gembalaan.

Mengeringkan (drainase) merupakan pemecahan yang paling baik, khususnya apabila Lymnae trucantula terlibat di dalamnya, akan tetapi cara ini dianggap terlalu mahal. Pengendalian biologi terhadap Lymnea oleh spesies ikan tertentu, itik atau siput Marisa cornuarietis secara percobaan memang menjanjikan namun tak satupun berhasil diterapkan di lapangan secara luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar