Sabtu, 14 April 2018

Canine Parvovirus Pada Anjing



Canine parvovirus merupakan penyakit yang penting pada anjing karena menyebabkan kematian yang tinggi pada populasi dan menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi terutama pada penangkaran dan peternakan anjing komersial.

Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh Canine Parvovirus (CPV), termasuk dalam keluarga Parvoviridae. CPV merupakan virus menular tanpa amplop, memiliki asam nukleat berantai tunggal, polarisasi positif dan berdiameter 20-28 nm.

Patogenesa
Penularan penyakit biasanya melalui dua jalur utama yaitu mulut-anus dan sawar plasenta. Setelah mengalami replikasi di beberapa organ limfoid primer seperti thymus dan tompok Payer, virus selanjutnya menyebar ke berbagai organ tubuh melalui peredaran darah, misalnya tonsil dan usus halus dengan derajat keparahan yang hebat pada organ-organ limfoid.

Pada percobaan laboratorium, viremia dapat dideteksi pada hari ke-1 dan ke-2 pascainfeksi diikuti oleh viremia hari ke-3 sampai ke-5 pascainfeksi. Ekskresi virus umumnya dimulai pada hari ke-3 pascainfeksi disertai dengan kemunculan antibodi pada hari ke-4 dan mencapai konsentrasi maksimum pada hari ke-7 pascainfeksi. 

Peningkatan antibodi serum memiliki dampak yang sangat besar terhadap pengurangan ekskresi virus dan pemulihan kesehatan individu.

Epidemiologi
Infeksi CFV pada anjing ditemukan di banyak Negara di dunia, sejak kejadian wabah di Australia dan Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1978.

Cara penularan
Penularan umumnya melalui jalur mulut-anus, yang mungkin merupakan hasil dari kontak dengan bahan tercemar seperti kandang, pakaian, tinja dan tanah. Secara percobaan infeksi juga dapat dihasilkan melalui mulut, intubasi, lubang hidung, pembuluh darah dan intra-uterine.

Morbiditas dan mortalitas
Morbiditas CPV enteritis umumnya tinggi namun mortalitasnya rendah. Pada anjing-anjing muda mortalitasnya 10-12 % atau dapat mencapai 50 %. Pada anjing dewasa 1-2 %.

Pada CPV miokarditis yang pada awal kemunculannya mencapai 50 %, penurunan angka mortalitas dan morbiditas dari CPV miokarditis disebabkan oleh tingginya titer antibodi pada hewan bunting yang mungkin mencegah mereka dari infeksi. Semakin banyak induk yang memiliki titer antibodi tinggi maka semakin sedikit kasus infeksi yang muncul pada anjing-anjing muda.

Gejala klinis
Gejala klinis yang dapat timbul dari penyakit ini dikenal 2 jenis yaitu enteritis berdarah dan miokarditis nonsupuratif. 

Kematian mendadak pada anjing berumur di bawah 8 minggu merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada kasus miokarditis non supuratif akut. Kegagalan jantung sub akut disertai gangguan pernafasan dan seringkali disertai kematian dalam waktu 24-48 jam dapat terjadi pada anjing berumur diatas 8 minggu. 

Pada anjing remaja dan dewasa dapat terjadi kegagalan jantung kongestif disertai kerusakan otot jantung.

Berdasarkan derajat keparahannya, CPV enteritis dibedakan atas 3 jenis yaitu sedang, akut dan perakut. 

Mencret dan muntah disertai bau khas dan perdarahan merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada anjing penderita. Gejala lainnya berupa lesu, penurunan nafsu makan, leucopenia, demam dan dehidrasi.

Pada penderita per akut dapat terjadi kematian segera, sementara pada kasus sedang mungkin terjadi kesembuhan dalam beberapa minggu. Infeksi menyeluruh yang gejalanya serupa dengan sindroma ataksik pada kucing namunkejadiannya sangat jarang.

Diagnosa
Penyakit ini didiagnosa berdasarkan gejala klinis, patologis, identifikasi virus dan penentuan antibodi spesifik.

Secara laboratorium, identifikasi virus dilaksanakan melalui pemanfaatan berbagai metode yang ada seperti histopatologi, isolasi virus pada biakan sel, uji hemaglutinasi, pewarna imun, elektronmikroskopi, uji ELISA dan biakan molekuler.

Sementara metode serologi yang digunakan untuk mendiagnosa CPV meliputi uji hambatan hemaglutinasi, hemolisis radial, netralisasi, flouresensi, radio imun, fiksasi komplemen dan presipitasi imun serta ELISA.

Pencegahan dan pemberantasan
Diare dan muntah secara berlebihan berpengaruh sangat buruk bagi hewan penderita CPV enteritis. Anjing seringkali mati karena dehidrasi. Pemberian larutan garam dan gula faali akan sangat membantu penderita untuk melewati masa kritis yang biasanya berlangsung 2-5 hari.

Pemberian vitamin dan gizi yang baik, penempatan pasien pada ruangan yang hangat dan nyaman serta pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder sangat dianjurkan.

Pencegahan dilakukan melalui desinfeksi alat dan bahan tercemar, perbaikan status gizi dan kesehatan hewan serta pelaksanaan program imunisasi secara teratur. Penggunaan formalin, fenol dan Na-hipoklorit untuk fumigasi atau penyemprotan dapat menekan kasus infeksi baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar