Distemper
anjing adalah penyakit yang sangat menular pada anjing dan karnivora lainnya.
Distemper anjing merupakan penyakit viral yang paling umum pada anjing dan
sedikit anjing yang benar-benar terisolasi tidak terpapar atau terinnfeksi oleh
virus ini.
Etiologi
Penyakit
ini disebabkan oleh Morbilivirus. Virus distemper digolongkan ke dalam keluarga
besar Paramyxoviridae dan berkerabat secara antigenik dan biofisik dengan virus
campak (Measles) manusia dan virus sampar sapi (Rinderpest).
Virus
ini tersusun atas RNA, bentuk simetri helikal, beramplop, virus ini agak labil
dan aktifitasnya dapat dirusak oleh panas, kekeringan, deterjen, pelarut lemak
dan desinfektan.
Patogenesa
Virus
distemper anjing terutama ditularkan secara aerosol dan droplet infektif yang
berasal dari sekresi tubuh hewan penderita sehingga infeksi menyebar sangat
cepat diantara anak-anak anjing yang peka. Gambaran umum yang ditimbulkan oleh
virus ini adalah suatu keadaan tertekannya kekebalan (imunosupresif).
Tertekannya
kekebalan karena terjadinya perbanyakan virus di dalam jaringan limfoid selama
masa inkubasi. Gejala-gejala yang khas distemper akut biasanya muncul bila
anjing penderita distemper berhasil menekan kekebalan anjing terinfeksi
tersebut.
Infeksi
ikutan oleh bakteri sebagai akibat telah tertekannya kekebalan anjing kerap
mendorong munculnya sejumlah gejala klinis yang menyertai distemper. Disamping
itu infeksi bakteri juga akan memperbesar tingkat mortalitas.
Selain
terjadinya infeksi ikutan oleh bakteri, kejadian toksoplasmosis, koksidiosis,
enteritis viral dan infeksi mikoplasma yang bersamaan dengan infeksi distemper
akan memperparah akibat penekanan system kekebalan pada anjing penderita.
Gejala
klinis
Masa
inkubasi sampai munculnya gejala klinis distemper akut biasanya 14-18 hari.
Setelah anjing terpapar dan terinfeksi, akan terjadi demam singkat dan
leucopenia yang berlangsung pada hari ke-4 dan ke-7 tanpa munculnya gejala
klinis.
Suhu
tubuh akan kembali normal pada hari ke-7 dan ke-14, setelah itu suhu tubuh akan
naik untuk kedua kalinya disertai konjungtivitis, rhinitis, batuk, diare,
anoreksia, dehidrasi dan penurunan berat badan.
Leleran
okulonasal yang mukopurulen dan pneumonia sering terjadi sebagai akibat infeksi
ikutan oleh bakteri. Kuman Bordetella bronchiseptica umum ditemukan pada anjing
distemper. Tutul-tutul kemerahan pada kuliit yang kemudian berkembang menjadi
pustule bisa bias ditemukan, khususnya pada abdomen.
Gejala-gejala
terjadinya ensefalitis bisa muncul dengan beragam bentuk. Mioklonus atau
mengerejatnya otot tanpa dikendali anjing tampak mendadak seperti mengunyah
permen karet, ataksia, inkoordinasi, berpusing-pusing, hyperesthesia, kekakuan
pada otot, selalu merasa ketakutan dan kebutaan menjadi gejala-gejala syaraf
yang paling umum dijumpai pada penderita distemper.
Selain
distemper menyebabkan ensefalitis akut dan subakut, distemper juga menimbulkan
bentuk ensefalitis kronis dengan gejala meliputi inkoordinasi, kelemahan kaki
belakang, matanya tidak tanggap terhadap suatu ancaman benda baik unilateral
maupun bilateral, kedudukan kepala miring, nistagmus, paralisis wajah, tremor
kepala tanpa disertai mioklonus.
Bentuk
lain ensefalitis kronis adalah “old dog encephalitis” dengan gejala klinis
gangguan penglihatan dan kurang tanggapnya mata terhadap ancaman suatu benda
secara bilateral.
Diagnosa
Diagnosa
distemper akut dan subakut biasanya berdasarkan riwayat penyakit dan gejala
klinis. Pemeriksaan oftalmoskopik bisa melacak terjadinya chorioretinitis dengan
daerah degenerasi berwarna abu-abu sampai merah muda pada tapetum atau fundus
nontapetum dalam suatu kejadian penyakit yang akut.
Suatu
diagnosa pasti yang dibuat dengan melacak keberadaan virus distemper pada
sel-sel epitel dengan pemeriksaan zat kebal berpendar (fluorescent antibody)
atau dengan mengisolasi virus.
Pencegahan
dan Pengobatan
Obat-obat
antivirus atau bahan-bahan kemoterapetika yang bisa dimanfaatkan untuk
pengobatan yang spesifik untuk anjing distemper hingga kini belum tersedia. Antibiotic
spectrum luas bisa diberikan untuk mengendalikan infeksi bakteri ikutan,
disamping pemberian cairan elektrolit, vitamin B dan suplementasi nutrisi untuk
suatu terapi suportif.
Selain
itu pemberian vitamin C dan dietil ether bermanfaat dalam pengobatan distemper.
Pemberian Dexamethasone dilaporkan memberikan sejumlah manfaat dalam mengobati
anjing pasca distemper yang disertai gejala-gejala syaraf pemberian vaksin
distemper MLV (modified live virus) secara intravena memberikan hasil yang
baik.
Untuk
pencegahan dilakukan vaksinasi dengan vaksin MLV. Dosis tunggal vaksin
distemper MLV memberikan kekebalan anjing-anjing yang tidak memiliki zat kebal
terhadap distemper dan peka terhadap penyakit ini.
Dengan
vaksinasi sekitar 50 % anak anjing bisa dikebalkan terhadap distemper saat
berumur 6 minggu, sekitar 75 % saat berumur 9 minggu dan lebih dari 95 % di
atas usia 13 minggu.
Vaksinasi
diberikan pada anjing saat berumur 5-7 minggu diikuti pemberian vaksin dengan
selang pemberian 3-4 minggu hingga berumur 14 minggu dan vaksin ulangan setiap
tahun. Jadwal seperti demikian akan memberikan kekebalan anjing terhadap
distemper dan titer kebal akan bertahan lama setelah terjadinya tanggapan
terhadap vaksinasi ulangan (booster).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar