Jumat, 13 April 2018

Penyakit Pada Kucing



Selain anjing, kucing menjadi pilihan banyak orang sebagai hewan kesayangan. Selain penampilan yang lucu dan menggemaskan kucing juga tidak membutuhkan pemeliharaan yang sulit.

Kucing dapat dilatih untuk menjadi hewan peliharaan yang baik dan pintar, sebagai teman di rumah maupun saat-saat bepergian.

Sama dengan hewan peliharaan lainnya, perawatan kucing  harus bersih terutama kandang dan tempat makanan atau minumannya. Asupan gizi juga harus diperhatikan dengan baik untuk mendapatkan kucing yang selalu bersih dan sehat. Perawatan kesehatan sangat penting artinya untuk menjaga kucing agar terhindar dari segala penyakit

Namun demikian meskipun pemeliharaan baik, kucing kita sering kali terinfeksi penyakit karena kontak langsung dengan kucing sakit, misalnya saat kucing keluar bermain kontak dengan kucing liar yang sakit.

Kucing peliharaan di rumah juga dapat terjangkit suatu penyakit apabila kucing tersebut tidak lengkap vaksinasinya atau bahkan karena faktor lain, seperti kandang, makanan dan minuman yang kurang memadai.

Berikut beberapa penyakit yang sering menginfeksi kucing baik kucing peliharaan maupun kucing liar.

Penyakit Respirasi Kompleks
Penyakit ini dikatakan kompleks karena kucing yang yang sakit selain sakit pernafasan juga ditemukan ikutan lainnya, seperti konjungtivitis, lakrimasi, salvias dan ulserasi oral.

Penyebab yang paling sering menyebabkan masalah seperti di atas adalah feline viral rhinotracheitis (FVR), feline calicivirus infection (FCV), feline pneumonitis (Chlamydia psittaci) dan Mycoplasma.

Infeksi saluran respirasi atas sekitar 40-45 % disebabkan oleh FVR dan FCV dan sisanya disebabkan oleh Chlamydia psittaci, Mycoplasma dan reovirus

Penularan penyakit umumnya melalui aerosol,  muntahan, pemeliharaan yang tercemar hewan sakit kemudian secara tidak langsung menularkan ke kucing sehat.

Masa inkubasi infeksi FVR dan FCV berkisar 2-6 hari, sedangkan pneumonitis 5-10 hari. Adanya stress yang terjadi pada hewan penderita kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya infeksi ikutan.

Feline Leukemia (Feline Lymphosarcoma atau Lekosis)   
Yang dimaksud lekosis kucing adalah proliferasi ganas sistem hemopoietis pada kucing. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan terbatas. Lekosis kucing dan yang menginfeksi lembu sangat berguna sebagai model untuk mempelajari penyebab leukemia pada manusia.

Penyakit leukemia kucing disebabkan oleh virus, yang dikena dengan nama feline lekosis virus (FeLV) yang tergolong dalam keluarga (subfamily) retroviridae.
Pada kucing ditemukan dua kelompok retrovirus. Satu dari dua kelompok itu dapat menyebabkan lekosis. Kelompok kedua terdiri dari satu atau lebih retrovirus yang bersifat endogen (hidup laten dalam sel) dan xenotroop (dapat bereplikasi dalam sel biakan spesies lain dan tidak menimbulkan lekosis pada kucing.

Penyebaran virus FeLV tersebar melalui kontak. Kucing terinfeksi mengeluarkan virus melalui air liur. Lekosis kucing dapat dipindahkan pada kucing muda melalui infeksi hewan mati atau material yang telah disaring.

Lekosis ditemukan pada kucing semua umur, tetapi yang paling banyak ditemukan pada kucing berumur muda atau di bawah 5 tahun.

Panlekopeni pada Kucing
Panlekopeni kucing adalah infeksi virus yang menyerang kucing, baik kucing peliharaan maupun kucing liar.

Penyakit ini disebut juga Enteritis Pseudo-membranosa Feline Infectious Enteritis, Feline Distemper.Panlekopeni kucing adalah penyakit yang sangat menular terutama pada kucing-kucing muda dan secara klinis ditandai dengan lekopeni, muntah dan diare. Infeksi kuman-kuman sekunder menyebabkan penyakit bersifat lebih parah. Angka kematian penyakit ini sangat tinggi.

Penyakit ini disebabkan oleh virus dari golongan parvovirus. Virus ini erat hubungannya dengan virus yang menyebabkan enteritis pada Mink.

Bila induk kucing imun menyusui anaknya maka anak kucing itu memperoleh kekebalan melalui air susu induknya. Selama 3-12 minggu anak kucing itu secara pasif kebal. Sesudah itu hingga umur kira-kira 6 bulan anak kucing lambat laun aktif tanpa memperlihatkan gejala penyakit secara klinis.

Infeksi umumnya terjadi melalui pernafasan dan alat digesti. Secara eksperimen kucing dapat ditulari melalui bermacam-macam cara. Virus terutama bereplikasi dalam sel-sel yang sedang mensintesa DNA secara aktif.

Replikasi virus sebagian besar terjadi dalam kelenjar imfe, limpa, sumsum tulang dan timus. Invasi virus dalam bagian tubuh ini menyebabkan limfo dan lekopeni. Sesudah replikasi virus memasuki dinding usus. Hal ini mengakibatkan degenerasi dan nekrosa epitel usus.

Kucing yang tertular menyebarkan virus melalui feses, urin, air liur pada stadium inkubasi dan klinis. Kucing yang sembuh juga mengeluarkan virus selama beberapa hari.

Penyakit Bersin       
Salah satu penyakit yang dapat menyerang kucing adalah penyakit bersin atau dikenal dengan nama Rhinotracheitis atau Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) adalah penyakit akut pada bagian muka jalan respirasi kucing.

Penyakit bersin kucing ini disebabkan oleh Herpesvirus golongan A. Virus ini termasuk virus DNA beruntai ganda, bersimetri ikosahedral dan mempunyai selubung protein.

Infeksi diduga terjadi per inhalasi. Virus bereplikasi dalam epitel jalan hawa muka, konjunktivita dan mengakibatkan nekrosa lokal.

Pengeluaran virus terjadi antara lain melalui sekret hidung, konjunktivita dan urin.Penularan dapat berjangkit dalam satu koloni kucing secara laten.

Hewan yang sembuh masih dapat  terinfeksi virus ini. Perubahan lingkungan diduga dapat mengaktifkan infeksi. Kucing dapat ditulari lewat berbagai jalan antara lain intranasal.

Peritonitis Menular
Peritonitis menular atau Feline Infectious Peritonitis (FIP) dalam bentuk klasik adalah penyakit yang berjalan progresif dan umumnya fatal pada kucing.

Pada kucing yang terinfeksi penyakit ini ditandai dengan peritonitis yang bersifat sero-fibrinosa atau dalam rongga perut tertimbun cairan yang banyaknya bervariasi dan mengandung banyak fibrin.

Penyakit ini baru dikenal dalam tahun 1960-an dan pertama kali di temukan di Amerika Serikat. Dalam tahun-tahun berikutnya penyakit ini ditemukan di banyak negara Eropa.

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tergolong dalam famili Coronaviridae. Virus ini berbentuk pleomorfik dan berdiameter 100 nm. Virus FIP erat hubungannya dengan coronavirus anjing dan coronavirus 229E pada manusia.

Infeksi virus FIP hanya ditemukan pada kucing dan umumnya ditemukan secara sporadik. Mengenai cara infeksi terjadi sesungguhnya belum jelas. Virus ditemukan dalam darah dan eksudat kucing sakit.

Sebagian besar infeksi berlangsung secara subklinis.  Pada kucing yang terinfeksi ditemukan antibodi spesifik dengan titer tinggi, di samping itu kucing memperlihatkan hipergammaglobulinemia. Pada penyakit ini mungkin kompleks antigen-antibodi dan komplemen memegang peranan.

Penyakit mulai dengan gejala-gejala tidak khas, kehilangan nafsu makan, lesu, suhu tinggi dan kemudian terjadi asites.

Palpasi abdomen tidak menimbulkan gejala nyeri walaupun peritonitis telah berkembang. Sekali-kali terjadi pleuritis dengan pembentukan cairan dalam toraks sehingga kucing sesak nafas.

Gejala saraf biasanya terlihat seperti paresis, ataksis, gangguan koordinasi, hiperestesi dan kekejangan. Biasanya kucing mati dalam 1-8 minggu sesudah terlihat gejala-gejala jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar