Jumat, 13 April 2018

Penyakit Cacing Ascaris pada Anjing




Penyakit cacing anjing atau dikenal sebagai Ascariasis adalah penyakit cacing bulat banyak menyerang anak anjing terutama yang berumur 1 sampai 5 bulan, dimana hampir semua anak anjing terserang cacing Ascaris. 

Akibat serangan cacing ini tergantung besar kecilnya jumlah cacing yang menyerang dan menimbulkan gejala nyata. Pada anjing dewasa agak lebih tahan terhadap penyakit cacingan.
Pada anak anjing yang menderita batuk-batuk, telah diobati tetapi tidak sembuh-sembuh maka perlu dicurigai terserang cacingan karena terdapat larva pada paru-parunya. Hamper 80% pemeriksaan kotoran anak anjing mengandung telur cacing Ascaris.

Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh cacing yang termasuk dalam golongan Toxocara.

Cara penularan
Penularan biasanya melalui telur cacing yang tanpa sengaja tertelan karena telur cacing mencemari tempat makanan dan minuman, kandang dan lain-lain. 

Penularan juga dapat melalui induk semasa dalam masa kebuntingan, dan pada waktu anak lahir sudah tertular cacingan.

Proses penularan pertama kali melalui telur tertelan, kemudian telur menetas dalam perut. Cacing ini berusaha menembus dinding usus lalu masuk ke dalam saluran darah dan mengikuti aliran darah sampai di hati.

Di hati cacing ini berusaha menembus hati dan berusaha mencapai paru-paru, melalui aliran darah paru-paru memecah pembuluh darah kapiler kemudian masuk sampai ke kantung udara paru-paru. Cacing ini terus melanjutkan perjalanannya ke saluran pernafasan atas mencapai kerongkongan dan akhirnya tertelan kembali masuk ke perut dan menjadi dewasa di dalam usus.

Dalam usus cacing ini berkembang biak dan juga menimbulkan gangguan pada usus. Parah tidaknya gangguan penyakit tersebut tergantung dari banyak tidaknya cacing yang terdapat dalam usus tersebut. Makin banyak cacing dalam perut makin parah gangguannya.

Gejala klinis
Pada awalnya anak anjing terlihat gejala perut membesar meskipun tidak banyak makan, anjing terlihat kurang enak pada bagian perutnya, merengek-rengek, dan pada waktu berdiri posisi kaki belakang agak melebar untuk menahan rasa sakit pada bagian perutnya. Anjing tampak anemia, lemah, gelisah, anak anjing tidak mau menyusui induknya, bulu kusam, mata berair, nafas terengah-engah, sesak nafas, kadang-kadang diikuti dengan mencret dan muntah-muntah. 

Kematian anak anjing biasanya dipercepat dengan adanya infeksi sekunder sehingga terjadi radang paru-paru (pneumonia).

Pada anjing dewasa hanya terjadi gejala ringan yaitu pertumbuhan terhambat, bulu kusam dan berdiri, mata berair, lesu, nafsu makan turun, bila makan hanya memilih dagingnya saja, bahkan pada yang berat makanan hanya dijilat kemudian ditinggal pergi.

Apabila anak-anak anjing yang masih menyusu satu per satu mati tanpa menunjukkan gejala klinis, kecuali perut agak besar dan lemas harus curiga kematiannya disebabkan oleh cacing Ascaris ini.

Pencegahan
Sanitasi kandang harus ketat terutama pada anak anjing. Kotoran anak anjing harus segera dibuang, jangan dibiarkan tertinggal di dalam kandang. 

Kandang sebaiknya di desinfeksi seminggu sekali. Hal ini dapat menolong mengurangi cacingan pada anak anjing. Pada anak anjing sebaiknya alas kandang dilapisi dengan Koran sehingga bila anak anjing buang kotoran, kotoran tersebut dapat segera dibuang dan digantikan dengan Koran yang baru.

Hal yang penting adalah pemberian obat cacing terutama pada anak anjing lepas sapih. Anjing dewasa yang akan dikawinkan sebaiknya diberi obat cacing dan sesudah beranak dapat diberikan ulangan obat cacing. 

Untuk pencegahan perlu diberikan vitamin dan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang cacingan.

Pengobatan
Pada anak anjing dapat diberikan obat cacing mulai umur 1 bulan, kemudian diulang sebulan sekali. Anjing dewasa sebaiknya diberikan obat cacing tiap 2 bulan sekali.
Pada anak anjing ataupun anjing dewasa yang terinfeksi, perlu diperhatikan infeksi ikutan dari cacingan. 

Terapi didasarkan pada gejala klinis yang muncul, apabila diare diusahakan memberikan antidiare disertai terapi suportif untuk meningkatkan daya tahan dan mengembalikan kondisi tubuh, misalnya dengan pemberian vitamin atau pemberian terapi cairan (infus).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar