Jumat, 08 Juni 2018

Mengenal Penyakit Sampar Sapi



Rinderpest adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang berakibat fatal pada sapi, kerbau, dan hewan berkuku belah yang lain. Serangan oleh virus penyakit ini ditandai dengan stomatitis erosive, gastroenteritis, dehidrasi, dan kematian.


Penyakit Rinderpest telah menyebabkan epizootik yang sangat luas dan tersebar di seluruh Afrika, sebagian Eropa dan Asia yang banyak mengakibatkan kematian ternak.

Penyebab
Rinderpest disebabkan oleh virus genus Morbilivirus dari keluarga Paramixoviridae dari virus RNA. Virus ini rentan terhadap panas dan cahaya.

Penularan
Penyakit ini ditularkan melalui tinja, hembusan pernafasan, dan cairan mulut dari hewan yang terinfeksi. Partikel air di udara yang terinfeksi akan terirup dan virus akan menembus melalui selaput lendir alat pernafasan bagian atas.

Gejala
Masa tunas penyakit ini bervariasi antara 1-15 hari yang menimbulkan reaksi klinis per akut, akut, sub akut atau tidak tampak.

Dalam keadaan per akut, gejalanya terjadinya secara mendadak dimana hewan menderita demam tinggi, selaput lendir bendung, dan mengalami gangguan pernafasan. Sapi yang terserang akan mati dalam waktu 1 sampai 3 hari kemudian.

Sedangkan untuk serangan yang akut, serangan rinderpest terdiri dari tahapan-tahapan  yaitu, tahap demam, tahap gejala klinis, tahap erosif  dan tahap diare.

Pada tahap demam biasanya tanpa diikuti gejala yang lain, kecuali pada sapi laktasi produksi susu akan menurun. Tahap gejala klinis ditandai dengan penampakan gejala dalam waktu 24 sampai 48 jam berupa gelisah dan depresi. Pernafasan menjadi dangkal dan cepat, keluar cairan encer dari hidung yang volumenya selalu meningkat, nafsu makan berkurang, ruminasi terganggu dan timbul sembelit dan selaput lendir mangalami bendung darah.

Tahap erosif terjadi 2 sampai 5 hari kemudian. Terjadi hipersalivasi, cairan mukopurulen keluar dari hidung yang diikuti keluarnya cairan dari mata. Hewan Nampak haus, tetapi nafsu makan hilang dan tinja menjadi lembek. Hidung dan mulut berbercak kemerahan dan berkembang menjadi ulser yang dangkal. Langit-langit mulut, gusi, dan dasar gigi mengalami erosi.

Pada tahap diare muncul setelah demam menjadi  berkurang. Tinja menjadi lembek, berwarna hitam – coklat dan mengandung lendir berbau busuk. Pernafasan menjadi terengah-engah. Pada kasus yang fatal, diare semakin parah dan menyebabkan dehidrasi yang cepat. Kematian terjadi 6 sampai 12 hari setelah gejala yang pertama.

Pengendalian
Negara yang resiko penularannya rendah harus mempertahankan sebagai negara bebas penyakit dengan menerapkan karantina yang ketat dan tidak mengimpor ternak dari negara endemik rinderpest.

Negara yang mempunyai resiko penularan tinggi karena berbatasan langsung  dengan Negara endemic, perlu membentuk sabuk kebal dengan daerah tertular sekurang-kurangnya 20 kilometer sepanjang daerah perbatasan.

Daerah yang tercemar dan mengalami banyak kasus penyakit, maka strategis awal adalah menurunkan jumlah kasus.vaksinasi dilakukan setiap tahun kecuali pedet, sampai dengan pemantauan serologis menunjukkan kekebalan kelompok melampaui 90 %. Pada tahun berikutnya diikuti dengan vaksinasi pedet dan revaksinasi. Vaksinasi dihentikan setelah selama lima tahun tidak terjadi wabah. Pengobatan untuk penyakit ini tidak efektif.

Kejadian di Indonesia
Indonesia telah bebas dari penyakit rinderpest sejak puluhan tahun yang lalu. Penyakit rinderpest telah berhasil diberantas pada awal abad XX. Walaupun demikian penyakit ini harus tetap diwaspadai mengingat meningkatnya pembangunan peternakan yang melibatkan importasi ternak dan produk hewan termasuk daging dari berbagai negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar